Terkadang saya bertanya-tanya, berapa banyak kiranya manusia di muka bumi ini yang benar-benar menemukan tujuan hidupnya dan berapa banyak diantaranya yang dapat mewujudkannya?
Terus terang saya iri dengan jenis manusia yang mempunyai ketetapan pola pikir dan gigih meraih keinginannya. Jika pertanyaan serupa ditanyakan kepada saya, dengan sedikit menutup diri saya hanya bisa menjawab bahwa saya tidak boleh egois bahkan untuk sekedar memikirkan-nya. Dibalik jawaban itu entah mereka sadar atau tidak tersirat rasa penyesalan sekaligus pernyataan bahwa saya tidak salah karena tidak memilikinya. Hingga akhirnya saya kembali kepada, apapun, kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun ujungnya nanti yang saya harus tetap lakukan adalah jangan pernah berhenti.
Berjalan, seperti saat saya menghadapi kemacetan lalu lintas dan memutuskan untuk berjalan sampai saya merasa cukup lelah dan cukup untung karena mengirit ongkos satu kendaraan umum atau saat saya tidak tahu rute kendaraan umum di-suatu daerah dalam kota dan terus menelusuri jalannya hingga saya menemukan keinginan untuk bertanya atau saat saya memutuskan bahwa saya akan berjalan di negeri seberang sana dan mematahkan segala bentuk pertahanan dan kesangsian sekitar akan diri saya yang sebenarnya saya sendiri juga rasakan.

Rasa optimis bercampur spontanitas yang saya miliki entah sejak kapan telah menjadi nilai tambah yang sering kali merugikan karena keputusan yang diambil dalam waktu cepat tidak selalu memperhatikan akal sehat dan akhirnya menimbulkan ketakutan akan kerugian yang membuat saya berhenti sampai-sampai menutup berbagai kemungkinan setelahnya. Boleh dibilang saya keras kepala, karena beberapa lama kemudian saya akan kembali mengambil resiko dengan dasar "You have to take risks. We will only understand the miracle of life fully when we allow the unexpected to happen" seperti yang Paulo Coelho tuliskan.
The Unexpected, itulah yang saya cari saat berjalan tak tentu arah. Saya tidak pernah menaruh pengharapan lebih pada jalanan yang saya lalui oleh karena itu segala hal menjadi suatu yang tidak disangka-sangka, yang saya tekankan saat menjalaninya hanyalah tidak boleh ada penyesalan sedikit-pun setelahnya walaupun sedikit sekali pasti ada.
Saat saya harus rela melepaskan sebuah rumah penuh kenangan dan mencari rumah lain yang aman dalam waktu singkat, saya meyakinkan diri saya dan orang sekitar bahwa pilihan saya tepat. Terus terang dalam hati saya ragu, namun jika tidak demikian saya dan orang yang saya sayangi mungkin akan dibawa arus ketidakpastian entah kemana maka dari itu saya merasa sudah saatnya mengambil resiko.
Hal-hal yang merugikan yang tidak saya sangka-sangka bermunculan setelahnya namun saya masih punya kesempatan dan waktu untuk berjalan memperbaikinya maka dari itu nilai tambah tetap berpihak pada saya. Keyakinan kuat akan perlindungan Sang Maha Kuasa juga menimbulkan rasa percaya diri yang nyata, kini hanya saya dan Ia yang tahu sebesar apa rasa cemas dan sejauh mana pemikiran saya untuk melaluinya karena walaupun tanpa tujuan saya tahu akhir jalan saya adalah membahagiakan dan memberikan mereka yang saya sayangi ketenangan.
Akhirnya saya lagi-lagi ingin memberikan pembelaan diri terhadap segala hal dalam diri saya yang cepat berubah bentuk seperti tulisan ini yang karena telah mengalami jeda cukup lama dan membuat saya ingin mengungkapkan apapun yang terlintas di-kepala saya. Yang tidak gigih namun memiliki keyakinan besar pada apapun yang saya percayai dan tidak pernah sekalipun ingin menutup diri dari kesempatan walaupun rasa takut menyerang. Yang walaupun tidak memiliki tujuan namun memiliki mimpi dan akan terus membangunnya serta merubah apapun itu jika tidak sesuai seiring sejalan. Dan hanya saya yang mengerti diri saya bukan orang lain dan tanpa orang lain memaksakan tujuannya saya akan terus berjalan.